Senin, 02 Desember 2013

Film Tentang Anak Kos Kehausan Jadi Favorit di Jogja


December 2, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


HARYO, sebuah film fiksi pendek berdurasi 13 menit menjadi pilihan favorit penonton di festival film Jogja Cinephilia. Festival ini diikuti oleh berbagai institusi pendidikan film di Indonesia. 

Film HARYO menceritakan seorang pemuda bernama Haryo yang menderita dehidrasi di kosnya akibat hawa panas siang bolong dan ia berusaha untuk menghilangkan rasa hausnya tersebut. “Idenya dari Martinus Tito,cameraman dan scriptwriter dari film ini. Semuanya berdasarkan pengalaman pribadi,” tutur Zidny I. Nafian, sutradara HARYO, mahasiswa Sinematografi UMN 2010. Proses pembuatan filmnya sendiri dilakukan di awal tahun 2013. “Dari syuting hingga selesai editing sekitar tiga bulan,” tambahnya.

Sebelumnya, HARYO telah dikirim ke berbagai festival film seperti Psychofest di UI, festival film di Solo dan menjadi nominasi. Dan kali ini, keiikutsertaanya di Jogja Cinephilia sangat mengejutkan terutama bagi Zidny. “Tiba-tiba saja saya dapat kabar kalau HARYO jadi favorit di sana, benar-benar surprise,” tuturnya. Zidny mengaku ia tidak mengetahui bahwa karyanya tersebut masuk ke Jogja Cinephilia. 

Mengenai hal tersebut, ibu Ina Riyanto selaku Koordinator Jurusan Sinematografi UMN menjelaskan bahwa ada sebuah organisasi di UMN yang bertugas untuk menampung karya mahasiswa dan mengirimkannya ke festival. “Kita punya UMN Gate yang dikelola mahasiswa dan tugasnya memantau festival-festival di Indonesia dan luar negeri serta karya-karya mahasiswa. Karya yang sekiranya pantas untuk masuk ke festival kami minta sebagai copy-nya supaya nantinya bisa diikutsertakan ke festival,” jelasnya. 

Jogja Cinephilia merupakan sebuah festival film yang dikhususkan untuk film-film yang dibuat oleh mahasiswa. Pesertanya sendiri berasal dari berbagai institusi film di Indonesia seperti SAE institute, IKJ, Institut Seni Indonesia dan masih banyak lagi. Acara yang berlangsung pada 23-24 November 2013 ini terdiri dari pemutaran film serta diskusi. “Saat itu saya diundang menjadi pembicara oleh director Jogja Cinephilia bapak Ifa Isfansyah lalu diminta untuk mengirimkan film yang bisa diperlombakan akhirnya saya masukkan HARYO. Menurut saya ini film yang sangat art house,” kata ibu Ina. 

Masuk dalam kategori Official Selection (film dalam kategori ini akan dipilih oleh penonton) dan akhirnya dinobatkan sebagai film favorit penonton

Sebelumnya, HARYO juga pernah ditampilkan di UCIFEST 4 (UMN Cinema Festival) pada awal November kemarin dan masuk ke dalam kategori Focus On Ultima Screen. Selamat dan teruslah berkarya! (*) 


Jauhi Penyakitnya Sayangi Penderitanya

December 2, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

Keprihatinan terhadap anak-anak penderita HIV/AIDS mendorong dilaksanakannya We Do Care AIDS, sebuah kampanye sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa HIV/AIDS tidak menular melalui sentuhan. Kampanye ini juga diselenggarakan dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia pada 1 Desember. 

Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya, demikianlah tema yang dipilih untuk kampanye We Do Care AIDS Ini. Dari tema tersebut ingin disampaikan bahwa penyakit HIV/AIDS tidak menular melalui sentuhan sehingga para penderita HIV/AIDS tak perlu dijauhi. Para penderita masih ingin hidup normal dan diterima di masyarakat. 

We Do Care AIDS sendiri diadakan oleh sekelompok mahasiswa Public Relations Universitas Multimedia Nusantara bekerja sama dengan Rencang Social Community dan SUSF (Syair Untuk Sahabat Foundation). Rangkaian kampanye dimulai dari adanya stand dan poster sejak Senin (25/11) di lantai 1 Gedung New Media Tower UMN yang bertujuan untuk mengajak mahasiswa-mahasiswi UMN untuk turut terlibat dan mendukung kampanye. Semuanya akan berpuncak pada Sabtu (14/11) di Summarecon Mal Serpong, Tangerang. 

“Ide kampanye ini sangat menarik, bahkan bagi saya yang akan terlibat di dalamnya, melakukan kampanye ini dengan dilabeli ‘I’m HIV/AIDS positive, please give me high hive’ sudah merupakan tantangan tersendiri bagi setiap volunteer,” jelas Stella Saputra, Immediate Past Preseident Leo Club Jakarta Jayakarta Benevole. 

Pada acara puncak, akan turut hadir 2 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dalam sebuah talkshow yang juga akan diselingi oleh penampilan band dan acara menarik lainnya. 

Bekerja sama dengan Leo Clubs, kampanye kali ini bukan hanya di Indonesia saja tapi juga di Malaysia, Hong Kong dan Srilanka dengan tema, tujuan dan bentuk kegiatan yang sama. 


Kamis, 28 November 2013

Nasib Surat Kabar di Tengah Terpaan Media Digital

November 28, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Koran sebagai media konvensional kini tengah bersaing ketat dengan media digital seperti televisi, radio, internet, smartphone, e-reader hingga tablet. Menghadapi situasi tersebut, berbagai cara dilakukan oleh koran termasuk harian KOMPAS untuk menyelamatkan diri dari kepunahan. 

Digital media yang serba modern dan praktis menjadi ancaman bagi media cetak seperti koran. Informasi yang ada bisa disebarkan secara cepat pada saat itu juga dengan media-media baru seperti televisi, sosial media, sedangkan koran baru dapat menerbitkannya di esok hari. Hal ini mengakibatkan orang punya habit baru. 

“Mereka ingin informasi yang banyak, dinamis, up-to-date, lebih instan dan interaktif serta mudah diproses. Dan mereka juga suka media yang colorful dan penuh dengan grafis,” tutur CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo di CoNMedia 2013, Kamis (28/11)

Beliau mengatakan di tahun 1998, Bill Gates pernah meramalkan bahwa koran akan punah di tahun 2000an. Koran akan menghadapi berbagai tantangan seperti menurunnya oplah penjualan, isu lingkungan (penggunaan kertas yang banyak), namun prediksi tersebut tidak benar, karena koran telah menemukan cara untuk tetap bertahan yakni melalui kombinasinya dengan internet. Mengubah single medium menjadi multimedia. “Akhirnya, 92% koran di seluruh dunia bergabung dengan internet,” tutur pak Agung. 

Meski telah masuk ke ranah internet, koran konvensional (koran cetak) ternyata tetap memiliki pelanggan setia yang lebih memilih untuk membacanya dibandingkan mencari berita melalui sosial media. Menurut pak Agung, sebagian besar dari mereka berumur 35 tahun ke atas. “Kalau di internet atau sosial media, banyak berita hoax yang beredar sehingga orang lebih percaya ke media cetak karena lebih kredibel. Itu salah satu kekuatan media cetak,” tambah Beliau. 

Lalu, bagaimana cara lain yang bisa ditempuh koran untuk mampu bertahan? Kita bisa melihat dari apa yang telah dilakukan KOMPAS sebagai koran yang telah memiliki kredibilitas sendiri di mata masyarakat Indonesia. Mereka melakukan investasi dalam kontennya, menjaga kredibilitas dan keakuratannya serta dilakukan newspaper market monitoring. 

Kemudian, KOMPAS mengajak pembacanya dalam sebuah forum yang dibentuk tahun 2002 untuk sharing opini, kritik dan masukan, membentuk grup diskusi berskala dengan tema yang spesifik. Selain itu, investasi dalam printing machine, membuat advertising yang kreatif serta inovasi di konten editorial. Dan yang terakhir, investasi di dunia digital dalam proyek Ekspedisi Cincin Api yang melibatkan banyak platform media. (*) 




Media Baru Ciptakan Paradigma Baru Kehidupan

November 27, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Kehadiran media digital sebagai penerus dari media konvensional sedikit banyak mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap masalah dan persoalan di kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan awareness terhadap jenis media ini kerap dibagikan melalui seminar, konferensi maupun diskusi dan salah satunya CoNMedia 2013 yang diselenggarakan oleh UMN. 

Media digital yang menjadi suatu bentuk media baru hasil perkembangan teknologi dan informasi telah memberikan banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan ini akan memberikan dampak yang berbeda dengan apa yang mampu dilakukan media konvensional sebelumnya. Untuk mengenal dan mengetahui lebih jauh mengenai apa yang dapat dihasilkan oleh media digital di masa depan, dilakukan sharing informasi melalui berbagai kegiatan salah satunya dengan konferensi. 

Universitas Multimedia Nusantara (UMN) sebagai universitas yang berbasis ICT dalam pembelajarannya, ikut berpartisipasi dalam mengedukasi masyarakat mengenai new media studies melalui Conference of New Media Studies (CoNMedia) 2013. Konferensi internasional ini dilaksanakan di kampus UMN, Gading Serpong, Tangerang, Rabu (27/11) dan Kamis (28/11) dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari luar negeri. Topik yang dibahas meliputi semua aspek new media studies seperti konten media baru, bisnis dan teknologi. 

Konferensi selama dua hari ini mengambil tempat di New Media Tower UMN, Gedung C Lantai 3. Pembukaan CoNMedia 2013, Rabu (27/11) dilakukan oleh Rektor UMN Dr. Ninok Leksono dilanjutkan dengan empat keynote speaker terkemuka yang membawakan seminar dengan pembahasan yang berbeda-beda. Mereka adalah Prof. Tahee Kim (Youngsan University, Korea), Kuncoro Wastuwibowo (Chairman IEEE Indonesia Section), Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit (Chairman APTIKOM) dan Prof. John Cokley (Swinburne University, Australia). 

Prof. Tahee Kim mengawali diskusi dengan sebuah presentasi mengenai philosophical and aesthetic background of interactivity and user experience. Adanya transisi dari estetika yang ditawarkan seni yang kontemporer dan modern. Prof. Kim mengambil contoh lukisan Monalisa sebagai seni kontemporer yang nilai keindahannya dilihat dari objek dan lukisan ini diam tak bergerak. Kemudian dalam perkembangannya muncul suatu pemahaman dari Marcel Duchamp, ” The creative act is not performed by the artist alone; the spectator brings the work in contact with the external world by deciphering and interpreting its inner qualifications and thus adds his contribution to the creative act” Dengan kata lain, estetika tercipta dari kolaborasi antara seniman dan penikmat seni.

Dari konsep tersebut muncul interactive media, sebuah objek seni interaktif yang melunturkan pembatas antara karya dan penikmatnya. Objek itu bergerak dan berubah mengikuti interaksi dari spectator. Misalnya saja sebuah gambar yang bergerak dan bisa berubah mengikuti pergerakan orang yang sedang melihatnya dan berada di jarak sensor. Ada kamera video yang memantau setiap pergerakan viewers. Inilah karya seni yang dinamis dan perilaku spectatordirefleksikan olehnya. Prof. Kim menyebutkan sebagai mirror metaphor.

Membahas mengenai Converged Digital Ecosystem, Chairman IEEE Mr. Kuncoro Wastuwibowo mengatakan bahwa dalam konteks bisnis dan teknis, tidak direkomendasikan untuk mengisolasi network, pelayanan, jasa dan konten yang sedang berkembang. IEEE sebagai organisasi internasional yang mengembangkan teknologi, telah merancang dan menetapkan standard untuk IP-based Next Generation Service Overlay Network (NGSON) sebagai kerangka untuk mengkonvergensi digital ecosystem. Kemudian, implementasi dari context awareness telah diperluas ke ranah aplikasi, pelayanan dan network configuration serta harus diintegrasikan ke perencanaan ecosystem

Education and Digital Journalism Based on New Media
New Media juga dikembangkan dalam bidang pendidikan. Di era globalisasi, kualitas SDM memiliki peran yang penting. Hingga saat ini, pendidikan atau kampus masih lebih banyak berpusat di Jawa dan Sumatera sedangkan di bagian timur Indonesia masih sedikit. Banyak daerah yang sebenarnya punya potensi besar tapi masih belum memiliki kampus, sarana pendidikan atau orang-orang yang kompeten. Padahal di tahun 2015 akan ada persaingan global di mana orang-orang dari negara lain akan mudah keluar masuk Indonesia, maka menurut Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit dari APTIKOM, ini merupakan sesuatu yang harus dibenahi. “Mimpi kami ialah mencapai pendidikan yang berkualitas,” ungkap beliau.

Ditinjau dari sisi tenaga pendidik, Indonesia bisa dikatakan masih kurang. “Tahun depan ada peraturan baru pemerintah kalau mau menjadi dosen minimal harus bergelar Master. Sekarang ini lebih dari 50% dosen Indonesia masih bergelar Bachelor,” jelas Prof. Eko. Hal ini bisa mengakibatkan daya saing Indonesia rendah. Untuk itu beliau memikirkan suatu cara yang out of the box untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ditilik dari jaman yang semakin berkembang, new media dijadikan solusinya. Adanya konvergensi EMC in C3 (Entertainment Media Communication in Consumers-Computer-Communication) membuat orang merasakan adanya multimedia portable communication dengan penggunaan internet dan smartphone. Karena itu disusun konsep untuk membuat kelas dengan sistem cloud computing

Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Profesor dapat bertatap wajah langsung dengan mahasiswa-mahasiswinya melalui conference secara virtual, materi-materi disimpan dalam suatu server sehingga semua bisa akses. Sistem pembelajaran seperti ini meskipun masih mengalami kendala di koneksi jaringan atau platform untuk multi interaction, tetapi metode ini telah diterapkan dan masih terus dikembangkan oleh APTIKOM.   

Pembicara terakhir, Prof. John Cokley (Swinburne University, Australia) membahas mengenai riset bersama salah satu mahasiswanya mengenai Citizen Journalism di Indonesia. Siapa saja yang menjadi CJ, tugas-tugas apa yang mereka lakukan, tools yang digunakan dan hubungannya dengan audience

Berdasarkan riset tersebut, Prof. Cokley memberikan sepuluh rekomendasi jika ingin menjadi Citizen Journalist di Indonesia, antara lain; membentuk komunitas online dan memanfaatkannya untuk membentuk komunitas jurnalistik dan audience, menggunakan smartphone untuk mengirim pesan danweb publishing, melakukan training in time management untuk membantu pekerjaan anda, gunakan bahasa ibu dalam penulisan berita, tempat yang strategis untuk menjangkau audience seperti alun-alun, balai, warteg dan warung, menulis berita dengan topik yang digemari dan diinginkan oleh masyarakat, menghormati agama islam sebagai agama mayoritas, menyediakan konten untuk middle-age woman, televisi, youtube dan smartphone menjadi tools of choice serta membuat konten untuk orang-orang di institusi pendidikan dan pemerintahan. 


CoNMedia 2013 akan kembali diadakan Kamis (28/11) dengan pembicara-pembicara yang akan membawakan topik-topik yang tak kalah menarik (*) 

Selasa, 26 November 2013

Pentingnya Berkonsep Dalam Fotografi

November 21, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


“Kita perlu mencatat atau menggambar konsep untuk pemotretan karena kita tidak bekerja sendiri. Ada stylish, klien, crew, model , jadi susah unhtuk menyampaikan ide yang ada di kepala dengan bahasa,” tutur pak Tirta Yudha. 

Pentingnya berkonsep sebelum melakukan photo shoot model atau studio diutarakan oleh pak Tirta Yudha dalam workshop bersama Oktagon, Kamis (20/11) pagi. Fotografer yang lama berkecimpung di dunia majalah ini telah banyak menangani pemotretan model untuk produk, cover dan editorial contentdan semuanya diawali dengan pematangan konsep. 

“Kebanyakkan orang malas untuk berkonsep. Padahal presentase untuk tahap pre-production sebesar 30%, artinya kalau kita skip konsep pekerjaanya tidak sempurna,” jelas beliau. Selanjutnya, untuk produksi 40% dan post-production 30%. Kebanyakkan porsi untuk post-production tidak terlalu banyak.

Dalam berkonsep, langkah-langkah yang perlu dilakukan ialah menuangkan ide dalam gambar yang sederhana saja, kemudian dilakukan cek lokasi terlebih dahulu sebelum hari pemotretan. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan angle-angle yang tepat, lighting position, mengetahui apa saja yang mengganggu sehingga bisa segera diatasi. Kemudian, perlu juga membawa kamera dengan lensa yang sama dengan yang akan digunakan saat pemotretan. Dan mengapa semuanya itu harus dilakukan sebelum pemotretan? Agar saat hari produksi semuanya sudah siap dan tidak buang waktu. 

Selanjutnya, pak Tirta Yudha lebih banyak memperlihatkan foto-foto selama ia mengerjakan proyek untuk Harper’s Bazaar yang bekerja sama dengan Mango. Bagaimana posisi lighting yang benar supaya menghasilkan foto yang natural, bukan digital imaging. Setelah dibekali ilmu, mahasiswa-mahasiswi DKV yang menjadi pesertanya diberikan kesempatan untuk mempraktekkan langsung foto model di ruangan dengan alat-alat yang telah disediakan oleh pihak Oktagon. 

Dari keseluruhan workshop ditekankan bahwa untuk hasilkan foto yang bagus dengan kualitas profesional, dari pre-production, production hingga post-production harus matang dan maksimal. (*) 


Belajar Bikin Game dengan LUMINOV

Belajar Bikin Game dengan LUMINOV

November 20, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

LUMINOV, studio game creator WAFER FACTORY memberikan tips and trick seputar pembuatan game tersebut kepada mahasiswa-mahasiswi ICT UMN, Rabu (20/11). WAFER FACTORY dinobatkan sebagai juara pertama di ajang GemFest 2013 yang diselenggarakan oleh Kreon Mobile Oktober silam. 

Dilihat dari namanya, WAFER FACTORY bisa digambarkan sebagai game yang berhubungan dengan produksi wafer di pabrik. Ya, dalam puzzle game ini pemain ditugaskan untuk menumpukkan layer-layerwafer menjadi wafer yang lebih besar dan lebih bagus kemudian dimasukkan ke kotak yang tepat sesuai dengan rasa (strawberry, susu, coklat dan sebagainya). Semakin tinggi level semakin banyak pula tantangan yang harus dihadapi. 

Pembuatan game ini sendiri dari sejak pembuatan konsep hingga prototype selesai memakan waktu hampir dua bulan. Semuanya diawali dari mencari inspirasi dan brainstorming ide. “Kita lihat dari kebutuhan apa yang mau kita jawab melalui game kita. Setelah dipikir-pikir akhirnya ada dua, game ini bisa dimainkan oleh segala umur dan kalangan. Maka itu kita bikin puzzle game karena selain semua orang di dunia memainkannya, pasarnya juga luas. Kemudian, terintegrasi juga dengan sosial media,” jelas Ivan Jayadi dari Luminov. Tujuannya dibuat agar terhubung dengan sosial media  seperti facebook dan twitter supaya pemain dapat saling adu skor serta membeli item yang berhubungan dengan game. 

Kekuatan lain dari WAFER FACTORY sehingga bisa muncul sebagai game puzzle yang outstanding ialahgameplay yang berbeda dan keluar dari tendensi game developer dunia. “Kebanyakkan dari mereka mengambil game yang sudah terkenal dan bikin yang sama persis tapi item dan asetnya diganti-ganti,” kata Ivan. Untuk WAFER FACTORY, dicitpakan cara bermain yang baru dan grafis yang menggunakan warna dark sehingga terkesan agak suram. Dengan warna unik tersebut diharapkan publik dapat dengan mudah mengenal, mengingat dan menciptakan image tersendiri di mata pemain sebagai game khas buatan Luminov. 

Seusai mengumpulkan inspirasi baru dilakukan eksplorasi seluas-luasnya untuk seluruh elemen yang bisa digunakan untuk game serta variasi agar tidak membosankan, namun yang paling penting ialah ‘wow’ efek, sesuatu yang bisa membuat pemain tetap termotivasi untuk terus bermain. “Ada dua tahap yang harus diperhatikan. Pertama, dari calon pemain menjadi pemain perlu sesuatu yang menarik mereka untuk mencoba dan download game. Kedua, setelah dia mulai main, kita berikan tantangan sehingga enggak bosan untuk main,” jelas Ivan. Efek yang diterapkannya dalam WAFER FACTORY seperti menambahkan fitur-fitur baru; achievement dan quest, tiba-tiba wafer bisa keluar racun atau ada bomnya. Selain itu ditambahkan story untuk setiap beberapa level. Semakin tinggi level semakin menantang. Ivan menyebutnya sebagai easy to play, hard to master

“Saat buat game, kita harus bisa fokus dengan apa yang ingin dibuat. Tentukan satu arah, kalau ada yang tidak cocok dengan tujuan game itu kita relakan. Lalu untuk tahap mengerjakan prototype, mulai dari pengembangan aset, memperbagus aset, coding, semuanya dilakukan bertahap, tidak dikerjakan langsung kelar semua. Harus sabar,” pesan Ivan kepada peserta seminar. 

Selain sharing tips dan trick, General Manager Luminov Tanaka Murinata turut menyadarkan peserta terhadap tantangan pengembangan game di Indonesia, yakni mindset konsumen, SDM dan promosi “Di Indonesia pembelian aplikasi sedikit karena kebanyakkan masih download. Dari sisi SDM, programmerIndonesia masih belum banyak. Dan terakhir, untuk launching game juga sedikit sulit. Game ada di Playstore supaya bisa didownload itu tidak gampang. Harus bersaing dengan jutaan aplikasi lainnya,” jelas Tanaka. 

Dengan ilmu yang telah dibagikan oleh Luminov pagi ini, mahasiswa-mahasiswi ICT UMN diharapkan dapat menghasilkan game-game yang tak kalah menarik dan outstanding serta bisa mengatasi tantangan-tantangan yang ada, kemudian muncul sebagai insan-insan berprestasi untuk almamater dan negri. (*)

Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantarawww.umn.ac.id


Senin, 21 Oktober 2013

Jadi Penyiar Itu Asyik

October 18, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Trax FM berbagi cerita tentang serunya terjun ke dunia broadcasting khususnya radio dalam TraxWorkshopaholic. 

Peserta workshop di Lecture Hall Kamis (17/10) sore dibuat tertawa dengan humor segar ala Aldy dan Dery, penyiar Morning Zone Trax FM. Mereka sebagai MC membuat suasana menjadi hidup dan tidak membosankan dari awal workshop. Selain mereka, adapula tiga pembicara lain dari kru Trax yang sharing seputar kehidupan siaran; Joey (penyiar), Sawi (Produser), Didot (Program Director)

Sebagai salah satu penyiar, Joey lebih menjelaskan mengenai apa sih sebenarnya esensi dari penyiar di kala jaman sekarang ini sekian juta lagu sudah bisa didownload dengan mudah dan didengarkan di mana saja. Informasi pun sudah bisa dicari di twitter atau social media lainnya sehingga penyiar kalah cepat. “Job desk penyiar itu sekarang kurang lebih menjadi partner atau teman si pendengar secara personal. Kita dilatih supaya sengobrol mungkin dengan orang, jadi teman dan sahabat yang baik, bisa menemani waktu lagi kena macet, atau bisa bikin hari yang tadinya butek jadi happy,” jelas Joey. 

Lalu bagaimana menjadi penyiar yang baik? Menurut Joey, industri broadcasting perlu orang-orang yang benar-benar memiliki passion untuk jadi penyiar radio, bukan hanya yang sekedar ingin menjadikan profesi radio announcer sebagai batu loncatan. “Radio perlu orang-orang yang enggak cukup puas dengan keseragaman misalnya dalam hal lagu. Kalau cuma puas dengan lagu-lagu yang secara rating bagus, industri ini enggak akan ke mana-mana,” tuturnya. 

Hal paling penting yang perlu diingat dan ditanamkan dalam diri penyiar ialah hendaknya selalu menjadi diri sendiri, natural. “Teknik dan skill bisa dipelajari, knowledge bisa dicari, tapi kalau karakter cuma kita yang punya, sesuatu yang ada di dalam diri kita yang bisa digali dan dikembangkan. Enggak perlu berusaha untuk jadi orang lain. Mereka-mereka yang berhasil itu mereka yang jadi diri sendiri. Just be the best version of you,” ungkap Joey di akhir sesinya. 

Dominique Sawi, produser Morning Zone, turut membagikan pengalamannya selama tiga tahun menjadi produser beberapa program Trax FM seperti Skul Desak, Kompak Kampus dan Zona Cinta. “Produser di radio itu menyiapkan sesuatu untuk dipresent oleh penyiar. Dia harus tau karakter dari penyiar yang berbeda-beda, ini berkaitan dengan penulisan skrip. Kalau di Trax, produser juga merangkap jadi reporter, meliput event-event dan live report,” tutur Sawi. 

Serunya bekerja di broadcasting ialah setiap harinya mengalami hal-hal yang berbeda, tidak monoton dan challengenya selalu baru. Bisa datang ke event-event yang menarik misalnya konser asing dan bertemu artis favorit seperti yang pernah dialami Sawi. Tapi tentunya setiap pekerjaan punya tantangan tersendiri. 

Challengenya sebagai produser itu kita dituntut untuk kreatif. Cara untuk jadi kreatif ada dua menurut saya. Yang ribet dan yang mudah. Cara yang ribet butuh waktu dan uang kayak kursus, kuliah, seminar. Sedangkan yang mudah itu bagi saya, kita cukup power nap selama 30 detik – 15 menit untuk istirahatkan pikiran sejenak, setelah bangun, mulailah cari dari hal-hal di sekitar kita. Setelah ketemu satu hal, tuliskan sebanyak-banyaknya apa saja yang dipikirkan mengenai hal itu. Lalu pilihlah yang bagus-bagus dan terakhir disusun untuk jadi satu ide.” 

Sesi terakhir menjadi giliran untuk Didot, Program Director Trax FM untuk menjelaskan struktur organisasi dari Trax FM, posisi-posisi apa saja yang membuat radio tersebut hidup. Dan demikian berakhirlah workshop asyik hasil kerja sama UMN Radio dan Trax FM ini. Semoga apa yang sudah dibagikan dapat bermanfaat bagi peserta kelak terutama yang ingin mejadi radio announcer. (*) 


Wicked Thursday Night

October 18, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Dalam rangka perayaan Halloween yang akan jatuh di akhir bulan ini, UMN Night Oktober mengangkat tema ‘Wicked Night’ pada Kamis (17/10).

Setelah digelar pada 19 September lalu, UMN Night kembali hadir di Broadway SMS kemarin malam dengan suasana yang berbeda. Dekorasi panggung dibuat ala Halloween dengan hiasan labu dan permen-permen. Dari performer pun ada yang menggunakan kostum unik. 

Acara dibuka dengan street dance oleh duo Ivan & Jason. Mereka menunjukkan kemampuan melakukan gerakan keren yang telah diasah dalam UKM street dance di panggung UMN Night. Setelah itu dilanjutkan Marvellous dance yang terdiri dari dua gadis angkatan 2013 Elvi & Vicky dengan modern dancenya, diiringi oleh DJ Imanes. Sebelum band-band unjuk gigi, MC mengadakan games. Mereka mengajak dua orang penonton untuk meniru dance ala Elvi & Vicky. Ivan yang sebelumnya perform street dance menjadi salah satu yang ditantang untuk MD. 

Tibalah giliran para band mengguncang Broadway. Bukan hanya musik pop saja tapi rock juga membahana dari penampilan Ala Kadar dan The Chronicles. Masing-masing menunjukkan warna yang berbeda. Dan ternyata perfomer bukan hanya dari dancer atau band saja tapi juga ada cosplay dari UKM J-Café. Ini merupakan UKM yang beranggotakan penggemar anime Jepang. Kostum yang mereka gunakan seperti seragam sekolah karakter anime. Disediakan juga photobooth untuk pengunjung yang mau berfoto bersama J-Café. 

Sitback, band rock yang sudah meluncurkan album ini, menjadi last performer di Wicked Night. Mereka pun mengajak dua vokalis dari band yang berbeda untuk mengkolaborasikan aliran pop dan rock sehingga menghasilkan penutupan yang meriah. 

Bagi yang belum sempat menonton, tak perlu khawatir, UMN Night akan hadir kembali bulan depan dengan bertemakan ‘Tribute to Westlife’. Kamu penggemar Westlife? Jangan lewatkan ya! (*)  


Kebesaran Hati Kalahkan Kutukan

October 17, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Sang pangeran menerima tantangan ratu mencari obat untuk penyakit aneh putri semata wayangnya meski ia harus menghadapi si raksasa sendirian.




Alkisah di sebuah kerajaan yang sangat makmur bernama Somasutra, hiduplah seorang ratu yang telah menjanda. Suaminya meninggal saat putrinya, Ambarwati, dilahirkan. Sejak itu ratu dan sang putri hidup bersama pengawal dan dayang-dayang. Putri Ambarwati tumbuh menjadi remaja yang cantik jelita. Para pria berbondong-bondong datang untuk melamarnya, namuntak satu pun ada yang berhasil mendekati putri. Bertemu saja tidak bisa.

Hingga suatu hari, datanglah pangeran Jakaampar dari kerajaan Wijayawangsa ke istana Somasutra. Ia pun memiliki tekad untuk menjadikan Ambarwati sebagai istri. Berkat bantuan dari pembantu istana yang berhutang budi padanya, Jaka berhasil menyelinap dan menemukan Ambarwati sedang bersama para dayang. Tapi Ambarwati langsung jatuh pingsan. Selidik punya selidik, putri mengidap penyakit ‘malu’, setiap kali bertemu dengan lawan jenis ia tak tahan lalu pingsan.

Mendengar kejadian itu, pangeran dibawa menghadap ratu. Sebagai ganti dari hukuman, ratu memberikan perintah agar ia mencari obat untuk penyakit sang putri. Dengan keberaniannya, ia berjuang di hutan, mendapatkan petunjuk dari tujuh orang sakti hingga akhirnya berhadapan dengan seorang raksasa yang memberikan kutukan pada Ambarwati. Raksasa menceritakan kisah pilunya mengenai sang istri yang tewas akibat perayaan kelahiran Ambarwati oleh penduduk kerajaan. Karena itu ia menyimpan dendam pada putri. Akhirnya, ia berhasil membuat si raksasa memberikan pengampunan dan mematahkan kutukannya sehingga Ambarwati sembuh.

Itulah cuplikan dari pagelaran ‘Putri Malu’ yang dipersembahkan oleh Teater KATAK UMN pada Rabu (16/10) dan Kamis (17/10) menjadi pementasan ke-29 mereka. Ini juga merupakan sebuah pementasan inaugurasi di mana seluruh pemainnya ialah anggota KATAK baru angkatan 2013. “Setiap tahun teater KATAK sudah menyediakan pentas inaugurasi untuk MABA di mana kita akan pilih anak-anak untuk setia di KATAK setelah pentas ini,” jelas Cynthia PN, Produser ‘Putri Malu’. Ia juga mengatakan bahwa keseluruhan persiapan memakan waktu satu bulan. “Mahasiswa baru begitu masuk langsung dibentuk kelompok, hari untuk main dan peran-perannya. Awalnya, saat latihan tidak terlalu berekspektasi besar, tapi setelah pentas rasanya puas. Satu bulan latihan enggak sia-sia,” ucapnya.

Cerita disajikan dengan ringan disertai bumbu-bumbu komedi ala KATAK, membuat penonton terkesima hingga akhir. Selain KATAK, teater SEMEN Pahoa turut memeriahkan acara dengan pementasan berjudul ‘Raksasa’ sebagai pembukaan.

Acara selama dua hari itu berjalan dengan sukses dan memuaskan. Nantikan pentas-pentas KATAK selanjutnya. Salam Tek Koek Koek KATAK! (*)




Minggu, 13 Oktober 2013

Saatnya Warga Bicara

October 13, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Dalam acara bicaRA buKu (RAK) UMN perdana, Jum’at (11/9), Pepih Nugraha dalam bukunya yang berjudul Citizen Journalism (CJ) memaparkan bahwa CJ telah menjadi sebuah transmisi, warga bukan hanya sebagai penerima saja tapi juga sebagai pewarta.

Sebagai wartawan maupun citizen journalist (CJ), Kang Pepih menjelaskan bahwa keduanya harus memiliki nose for news, yakni curiosity (keingintahuan), skeptic (keragu-raguan), observation (mengawasi), change (mengamati perubahan perilaku), dan compare (mengamati perbandingan). Berangkat dari sana, CJ bisa menuliskan berita atau opini yang dituangkan dalam postingan di blog ataupun media seperti Kompasiana. Dan bukan hanya itu saja, tapi juga mencakup fiksi, tips dan tutorial. Tulisan tentunya juga memperhatikan news value.  

Meski demikian, ada hal yang perlu digarisbawahi bahwa CJ tidak bisa disebut sebagai wartawan. “Citizen Journalism lebih pas disebut pewarta warga karena kalau kita menjadi seorang wartawan, pertama kita harus punya pekerjaan itu. Lalu kita perlu melakukan cover both side terhadap suatu isu dan juga verifikasi. Pewarta warga tidak melakukan itu. Yang terakhir, wartawan akan terpaku pada kode etik wartawan sementara CJ hanya berpegang pada netiket atau sopan santun berinternet,” ungkap wartawan Kompas sekaligus manajer Kompasiana itu. Beliau  pun menambahkan di samping perbedaan tersebut, tetap ada tujuh dosa besar yang harus dihindari oleh wartawan maupun CJ, dan semuanya dijelaskan dalam buku Citizen Journalism karangannya. 

Dalam acara tersebut, kang Pepih turut sharing mengenai asyiknya menjadi CJ dengan blog pribadi. Ia mulai menggeluti social media (blog) tahun 2005 dengan sebuah blog dengan nama ‘Beranda T4 Berbagi’. Salah satu postingannya ialah ia mempertanyakan dan menganalisa mengapa orang Indonesia kalau ada acara bangku terdepan selalu kosong. Apakah karena orang Indonesia sangat menghormati senior atau merasa rendah diri untuk duduk di depan. “Kalau saya tulis berita ecek-ecek seperti itu di harian Kompas, tidak mungkin. Apa urusannya, itu opini bukan peristiwa, bukan berita. Tapi kalau saya nulis di blog asik-asik aja, enggak ada yang larang dan bahkan ada yang berkomentar, bertestimoni. Lama-lama merasa asik nulis di blog,” katanya. 

Kegiatan ngeblog Kang Pepih tersebut akhirnya menjadi bahan kritikan di kalangan wartawan Kompas, tapi itu malah membuatnya semakin teguh. Tahun 2008, beliau mendapat kesempatan untuk membentuk Kompasiana dengan mengedepankan connecting & sharing. “Saya nulis tiba-tiba sudah ada yang komen. Itulah arti dari connecting, bisa terhubung. Dan bisa sharing meskipun beritanya ecek-ecek. Kalau di Kompas cetak hanya bisa sharing tapi saya tidak tau gimana reaksi pembaca terhadap tulisan saya.”

Hingga tahun yang kelima, Kompasiana  yang terbuka untuk publik dan gratis, bisa menghasilkan 1000 tulisan setiap harinya. “Inilah gairah warga yang tak bisa ditahan,” tuturnya. (*) 


Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantarawww.umn.ac.id

Kamis, 10 Oktober 2013

First Lady in Diversity

October 10, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

Civitas Academica UMN di Function Hall Rabu (9/10) malam menjadi saksi dari lahirnya putri sejagad UMN yang pertama. Clara Alverina akhirnya dinobatkan sebagai Miss UMN 2013 mengalahkan 19 finalis lainnya.

Keduapuluh finalis Miss UMN 2013 tampil memukau di malam final kontes putri sejagad kampus setelah mengikuti karantina selama empat hari. Mereka telah mendapatkan beragam pelatihan dari instruktur profesional selama karantina seperti health class, public speaking, technopreneurship, blogging, table manner, tata busana, cooking, make up, dan koreografi.

Pelatihan tersebut membuat mereka semakin matang dan terlihat percaya diri saat berlaga di atas panggung, khususnya saat catwalking mengenakan busana dari Rasyid Said, Andy Saleh dan Kannu Exclusive Design. Ada gaun yang bernuansa biru, hitam maupun kebaya nusantara yang colorful, menjadikan mereka sebagai sosok wanita muda Indonesia yang cantik dan elegan.

Proses pemilihan juara pertama malam itu cukup panjang. Dari dua puluh finalis, disaring menjadi sepuluh besar. Mereka yang masuk ke sepuluh besar diharuskan untuk menjawab pertanyaan yang dibuat oleh sesama finalis dalam waktu 30 detik. Seusai sesi tersebut, terpilih lima besar yang kali ini langsung berhadapan dengan dewan juri. Masing-masing dari mereka mendapatkan pertanyaan secara acak dari Ibu Hira Meidia (Wakil Rektor III UMN), Ribka Oyong (Putri Pariwisata 2008), Jovita Dwijayanti (Runner-Up I Miss Indonesia 2013), Rasyid Salim (Fashion Desainer) dan Olga Inviolita (Nong Provinsi Banten 2012).

Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan, juri menyaring lagi menjadi tiga besar. Sebelum the big three diberikan pertanyaan, keduapuluh finalis Miss UMN naik ke atas panggung dan membawakan jingle Miss UMN yang mereka ciptakan sendiri saat karantina. Lalu tibalah saatnya tiga besar menghadapi tantangan terakhir.

Mereka mendapatkan pertanyaan yang sama, yakni apa visi, misi dan program kerja yang akan dilakukan ketika terpilih. Hingga akhirnya diputuskan bahwa Clara Alverina (Jurnalistik 2011, nomor 14) menjadi pemenang dari kontes ini. Dialah wanita pertama yang menjadi duta UMN, siap untuk membuat UMN semakin dikenal oleh masyarakat dengan mengusung brain, beauty dan behaviour, memberikan yang terbaik bagi almamater, persada dan sesama.

Acara pun turut dimeriahkan oleh penampilan dari Miss Banten 2013 Meydiana Sari (PR 2010), Viola Oyong (Jurnalistik 2009), Androgini Dancer, Marvellous Voice dan GAC.

Berikut nama-nama finalis dari masing-masing tahap :

Top 10 Finalist
•    Jessica Kurniawan (Akuntansi 2011)
•    Martha Novira (Desain Grafis 2011)
•    Svaradiva Anurdea (Jurnalistik 2012)
•    Christie Mahawi (PR 2011)
•    Gloria Putri A. (PR 2011)
•    Vicky Sandria (Desain Grafis 2011)
•    Steffie Aprilda (Akuntansi 2011)
•    Emily Karim (PR 2011)
•    Jessica Putri Leona (PR 2011)
•    Clara Alverina (Jurnalistik 2011)

Top 5 Finalist
•    Emily Karim (PR 2011)
•    Christie Mahawi (PR 2011)
•    Clara Alverina (Jurnalistik 2011)
•    Steffie Aprilda (Akuntansi 2011)
•    Gloria Putri A. (PR 2011)

Top 3 Finalist
•    Emily Karim (PR 2011)
•    Clara Alverina (Jurnalistik 2011)
•    Gloria Putri A. (PR 2011)

Miss Multimedia
Vicky Sandria (Desain Grafis 2011)

Miss Persahabatan
Jessica Putri Leona (PR 2011)

Miss Favorit (berdasarkan voting SMS)
Clara Alverina (Jurnalistik 2011)

Berakhirlah rangkaian acara Miss UMN 2013. Selamat kepada Clara Alverina dan seluruh finalis Miss UMN 2013. Teruslah berkarya untuk UMN dan Indonesia! (*)


Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantara
www.umn.ac.id

PaperOne Bagi-bagi Es Krim

October 9, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

Dapat es krim gratis? Mudah, cukup ‘like’ facebook PaperOne, sudah bisa pilih es krim dengan rasa favoritmu. Bukan hanya itu, ada games menarik juga yang diadakan PaperOne di UMN.


Rabu (9/10) mobil PaperOne singgah di lobi UMN. Mereka datang dengan membuka dua stand, di luar dan di dalam lobi. Stand yang didirikan di luar tepatnya di depan mobil PaperOne, mengadakan program bagi-bagi es krim. Caranya sangat mudah, hanya dengan menge-like facebook PaperOne, sudah bisa mendapatkan satu cup es krim. Sedangkan stand kedua (di dalam), PaperOne menjual produk-produknya. Dan setiap pembelian produk gratis pembuatan karikatur.

“Acara ini sifatnya promosi untuk PaperOne, seperti yang sudah dilakukan ke 5 negara seperti Indonesia, Hongkong, Thailand, Malaysia dan Vietnam. Kami ingin mendekatkan PaperOne kepada consumer khususnya mahasiswa dan mahasiswi. Khusus untuk tahun ini, event diadakan hingga akhir tahun. Mudah-mudahan akan berlanjut sampai tahun ke depan,” jelas bapak Hendriss Wijaya, Country Sales & Marketing Head PaperOne.

Selain berbagi es krim, adapula games yang diadakan yakni makan sepuluh cup es krim dalam waktu 3 menit. Bagi pemenangnya, akan mendapatkan voucher Carrefour sebesar seratus ribu rupiah. “Kenapa es krim? Kita selalu ingat waktu masih sekolah sukanya fun. Nah fun itu yang seperti apa? Ya dengan ngumpul-ngumpul. Untuk mengajak orang supaya bisa ngumpul itu paling gampang dengan makanan, games. Apalagi kalangan mahasiswa dan mahasiswi sukanya yang fun jadi kita lakukan sesuatu yang tidak kolot,” tutur pak Hendriss.

UMN juga menjadi kampus pertama yang disinggahi oleh PaperOne setelah sebelumnya berkunjung ke offices. Mobil PaperOne sendiri akan ada di UMN dari hari ini (pukul 12.00-17.00) hingga Kamis (10/10) (sekitar pukul 14.00-17.00). Pak Hendriss juga turut menjelaskan mengapa PaperOne menjadikan mahasiswa dan mahasiswi sebagai target konsumennya. “Buat anak kuliahan, apalagi kalau lagi skripsi, kertas itu kan harus bagus dan bersih, PaperOne paling cocok. Pada saat bikin tugas juga mereka membutuhkan kertas dengan kualitas yang baik. Maka itu kami melakukan pendekatan ke kampus-kampus.”

Dengan kegiatan ini, tentunya PaperOne yang merupakan produk Indonesia yang sudah dijual ke 75 negara ini memiliki sebuah target pencapaian. “Kami ingin supaya konsumen lebih kenal, ingat, dan selalu pakai PaperOne. Setelah mereka lulus pun hingga mereka bekerja,” ungkap pak Hendriss. (*)



Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantara
www.umn.ac.id

Selasa, 08 Oktober 2013

Inovasi Untuk Kebangkitan Bangsa

October 7, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service
Indonesia selama ini lebih banyak sebagai pengguna saja dari aplikasi-aplikasi yang beredar di dunia dan hal tersebut tak bisa dibiarkan terus-menerus. Itulah sebabnya diadakan IWIC untuk menghasilkan entrepreneur muda demi kebangkitan tanah air.



Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) merupakan program CSR dari Indosat yang bertujuan untuk menciptakan berbagai inovasi dari anak Indonesia yang akan bermanfaat untuk pengembangan telekomunikasi dan teknologi informasi nasional. Tahun 2013 menjadi tahun ketujuh penyelenggaraan IWIC, dan tahun ini pula ada format baru untuk pemilihan calon pemenang. Akan diadakan bootcamp selama dua hari untuk para finalis.

Yang diperlombakan di IWIC ialah ide. Para peserta cukup memberikan proposal mengenai ide aplikasi yang kreatif, menarik dan usable. Bapak Arie Subagja dari Indosat menjelaskan ada dua kategori aplikasi yang bisa diikutsertakan; OS Categories (prototipe sudah jadi/bekerja akan lebih baik) dan Service Categories (olahraga, musik, info, store, social media, video, game). Jurinya sendiri telah dipilih oleh Indosat, terdiri dari perwakilan Founder Institute, Kompas Gramedia dan Blackberry. “Kriteria penilaian dilihat dari orisinalitas konsep, penggunaan yang efektif dari OS untuk kategori OS, Indispensability serta skala peluang,” jelas pak Arie.

Hingga saat ini, UMN merupakan kampus ke-15 yang didatangi. Pak Arie berharap dari UMN juga akan muncul ide-ide yang menarik dan kreatif. Selain Pak Arie, turut hadir Sandy Colondam, pemenang IWIC empat tahun berturut-turut (2008-2011). Ia memberikan tips-tips dalam membuat ide, ide yang baik seperti apa, bagaimana mencari inspirasi untuk ide, sumber-sumber ide. Sandy pun memperlihatkan contoh-contoh proposal ide aplikasinya yang ia ajukan ke panita IWIC sehingga dapat menjadi pemenang. Di akhir acara, mahasiswa-mahasiswi UMN ditantang untuk bisa menggantikan posisi Sandy di IWIC tahun ini.

Berikut periode kompetisi IWIC 2013 :
•    End Submission : 1 November 2013
•    Nominator Announcement : 11 November 2013
•    Innovation Bootcamp : 18-19 November 2013
•    Winner Announcement : 20 November 2013

Untuk registrasi peserta dan informasi lebih lanjut, dapat langsung diakses di http://iwic7.indosat.com

Bagi kamu yang tertarik, jangan lewatkan kesempatan ini. Segera mendaftar dan majukan Indonesia dengan ide-idemu! (*)


Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantara
www.umn.ac.id

Tes Beasiswa UMN Gading Serpong

October 7, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Selain tes beasiswa di beberapa daerah, UMN juga menyelenggarakan tes tersebut di kampus Gading Serpong untuk murid SMA di Jakarta, Tangerang dan sekitarnya.


Tes dilaksanakan hari Minggu (6/10) dari pukul 10 hingga 12. Materi tesnya sendiri untuk seluruh program studi hampir sama, yakni Matematika, Logika, Bahasa Indonesia dan Inggris. Tapi khusus untuk prodi DKV, diadakan pula tes gambar.

Hari itu terlihat banyak orangtua yang datang ke UMN. Sembari menunggu anak-anaknya tes, mereka diundang ke Function Hall untuk mendapatkan info mengenai kampus UMN dari bapak Andrey Andoko; fasilitasnya apa saja, program studi, kerjasama dengan grup Kompas Gramedia serta perusahaan lainnya, kerjasama dengan universitas internasional untuk program magang dan S2.

 Kemudian, ibu Endang Widyastuti juga memberikan informasi mengenai jalur apa saja yang bisa ditempuh untuk bisa menjadi mahasiswa-mahasiswi UMN. Terakhir, ada sharing dari alumni UMN, Michael Nauli Basa Lie (Manajemen 2008) dan Ericko (TI 2009) mengenai apa saja yang dialami selama berkuliah di UMN dan penerapannya di dunia kerja yang sesungguhnya.

Setelah dari Function Hall, orangtua diajak untuk campus visit agar mereka lebih mengenal lingkungan kampus di mana anak-anaknya akan berada kelak. Dan kampus UMN ini rupanya sudah menciptakan kesan pada mereka, seperti ibu Inge dan bapak Anto, orangtua calon mahasiswi prodi DKV. “Secara umum baik, dalam arti kata sekarang ini sesuatu yang environmental friendly lagi ngetrend. Kebetulan UMN bisa menunjang itu dari gedung kampusnya, dari tamannya, pemanfaatan cahaya, tidak pakai AC, semuanya menghemat energi dan saya suka,” jelas ibu Inge. Bapak Anto pun menambahkan, “Untuk futurenya nanti bagus, ini betul-betul memberikan fasilitas untuk komunitas mahasiswa. Saya harapkan progres ke depannya baik dan sesuai dengan rencana.” (*)

Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantarawww.umn.ac.id

Tren Aplikasi Banking

October 3, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Terlepas dari sistem banking yang konvensional, ada beberapa metode aplikasi banking modern yang bisa diterapkan dan diarahkan untuk menjadi the future of banking.


Dalam seminar bertajuk ‘Tren Aplikasi Banking’ yang dibawakan Pak Adriansyah dari Anabatic Technology, dijelaskan tiga metode yang memudahkan orang untuk berbanking, sehingga tak perlu lagi melakukan cara-cara konvensional.

Metode-metode tersebut antara lain :
•   Branchless Banking, menyediakan jasa banking di luar cara-cara tradisional. Dikemas dengan dua cara seperti web/phone banking atau adanya agen bank (orang luar yang bekerja mengatas namakan bank) untuk menjangkau masyarakat yang berada di daerah-daerah yang belum terjamah.
•    Electronic Money, penting mengapa? Karena untuk mencetak uang secara cash butuh biaya yang banyak. Biaya untuk mencetak koin seribu perak lebih besar dari seribu perak. Kalau uang kertas sudah banyak yang kusam dan tak layak, harus dimusnahkan dan perlu dicetak ulang lagi. Kemudian untuk menghindari resiko pemalsuan uang kertas. Electronic Money ada chip dan pin yang bisa membuatnya lebih aman. Selain itu, electronic money bisa dilimit untuk menghindari korupsi.
•   Mobile Payment Melihat dari jumlah pengguna smartphone, di Indonesia ranking ke 8 (hingga 2012) Phone berubah menjadi dompet, bisa untuk ticketing, booking, mobile advertising, cash payment, banking.

Ketiga aplikasi tersebut memiliki kesamaan yaitu Mobility akan dijadikan the future of banking. Supaya banyak yang mau menggunakannya, sistem pun harus beroperasi dengan cepat, nyaman dan aman. Untuk itu, semuanya pasti harus menjalani sertifikasi keamanan terlebih dulu. (*)


Kuliah di Jakarta untuk jurusan program studi Teknik Informatika|Sistem Informasi|Sistem Komputer|Akuntansi|Manajemen|Ilmu Komunikasi|Desain Komunikasi Visual, di Universitas Multimedia Nusantarawww.umn.ac.id

Gerbang Menuju Karir

October 3, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Inilah sebuah kesempatan emas khususnya bagi mahasiswa tingkat akhir yang akan segera terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya. Sebanyak 60 perusahaan hadir untuk menawarkan posisi yang diiginkan pelamar.

Rangkaian Career dan Scholarship Day periode Oktober 2013 dimulai pada tanggal 1, dengan diselenggarakannya dua seminar di hari yang sama. Topik pertama yakni ‘sukses dalam interview kerja’ dengan pembicara Bapak Jimmy Perangin-angin, Division Head of HR, GA & Legal PT. Erajaya Tbk. Beliau menjelaskan mengenai tahap-tahap awal dalam melamar pekerjaan seperti bagaimana menulis CV yang baik, trik dalam melakukan interview.

Sedangkan sesi kedua dibawakan oleh Ibu Elisa Tanzino, HR Generalist PT. Santos Jaya Abadi (Kapal Api) mengenai ‘personal branding’. Berbeda dengan topik pertama, topik ini lebih membahas mengenai bagaimana personality yang bagus agar kita bisa diterima oleh orang lain (dalam hal ini perusahaan).

Untuk pameran karirnya sendiri diadakan tanggal 2-3 Oktober di Function Hall UMN. Perusahaan yang diundang mencakup keseluruhan bidang studi UMN (Ilkom, DKV, Ekonomi dan ICT). Mereka tidak hanya menyediakan tempat untuk bekerja tapi juga untuk magang.“Antusiasme dari mahasiswa cukup tinggi, ramai. Tapi memang bedanya saat periode April kemarin lebih banyak aplikan untuk magang, sedangkan yang sekarang lebih ke kerja,” ungkap Ibu Ika Yanuarti daribidang Career Development UMN.

Sejak tahun 2013, Career & Scholarship Day dilaksanakan dua kali, yakni April dan Oktober, bertepatan denganwisuda mahasiswa bulan Mei dan November. Selain untuk mahasiswa yang akan diwisuda, kesempatan ini juga terbuka untuk alumni UMN. (*)



Mari Bangga Berbatik

October 2, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Dalam rangka memperingati hari batik nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, segenap civitas akademika UMN dihimbau untuk menggunakan batik. Terlihat cukup banyak dari mereka yang menjalankan aktivitas di kampus hari ini dengan batik yang beragam. Di samping bentuk fisiknya, batik ternyata memiliki arti tersendiri di mata para mahasiswa.




Diharapkan nantinya batik tidak hanya digunakan di hari batik nasional saja tetapi juga di hari-hari biasa. Mari bangga dengan warisan budaya kita! (*)


Rabu, 02 Oktober 2013

Membangun Karakteristik Kepemimpinan

October 1, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


“Dalam menjadi pemimpin yang efisien, sangatlah penting untuk menjelaskan sesuatu dengan akurat dan tepat,” demikian pendapat Prof. Dr. Chris Kinsville-Heyne, Professor of Leadership dari HULT International Business School.



Untuk membentuk karakter kepemimpinan yang baik memang perlu latihan secara langsung tak hanya sekedar teori. Demikianlah metode yang dilakukan oleh Prof. Kinsville-Heyne saat membawakan seminar bertajuk "Analyze of Corporate and Politic Leadership During Crisis", Rabu (25/9) di Lecture Theatre UMN.

Peserta di bagi atas dua kelompok, barisan atas dan barisan bawah. Mereka diberikan tugas pertama yakni memilih 5 orang dalam kelompok tersebut untuk dijadikan Gate Keeper, Scribe/log keeper, CEO, Vice President dan Spokesperson dalam waktu 5 menit. Ternyata untuk menentukan orang-orang tersebut cukup sulit dalam keadaan tertekan, alhasil tim barisan bawah lebih cepat mengumpulkan hasil dibandingkan tim barisan atas. Ini merupakan latihan agar bisa mengambil keputusan dalam waktu yang cepat.

Beliau menuturkan sebuah prinsip yang harus dipegang dalam kepemimpinan, “Develop the ability to make the jump from slow-time thinking to quick-time doing.” Prof. Kinsville-Heyne menjelaskan bagaimana caranya yakni menentukan suatu skenario. Orang tersebut diberikan kasus dan ditekan untuk menghasilkan keputusan dengan cepat demi menyelesaikan kasus tersebut. Memang waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk latihan ini, tapi akhirnya orang tersebut dapat berhasil dan menerapkannya dalam berbisnis.

Tugas kedua yang diberikan kepada peserta seminar UMN berjudul “Buddy Interviews” yakni diberikan 5 menit untuk mencari tau 3 hal penting dari orang yang ada di sebelahnya. Lalu diberikan waktu 25 detik (minimal) – 30 detik (maksimal) untuk mensharingkannya kepada audience. Poin dari task ini ialah sebagai pemimpin harus dapat memberikan pertanyaan yang tepat demi mendapatkan penjelasan yang dibutuhkan dan mengerti informasi tersebut dengan cepat. Kemudian informasi itu perlu dijelaskan kepada orang lain dengan akurat dan jelas.

Dijelaskan pula beberapa level dalam kepemimpinan. Level pertama – highly capable individual, level kedua – become a contributing team member, Level ketiga – become a competent manager, Level keempat – become effective leader dan level kelima – doing something for someone else to do whatever it takes. Di level kelima ini, orang lebih berambisi kepada hal-hal lain di luar dirinya sendiri dan melakukan apapun untuk itu. (*)


Para calon Instruktur Kunjungi Universitas Multimedia Nusantara

September 30, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service


Dalam rangka menambah ilmu sebagai calon instruktur, peserta diklat dari STPI menunjuk UMN sebagai sarana pembelajaran, Senin (30/9).

“Kunjungan ini tujuannya untuk mendidik dan membina peserta diklat yang diarahkan untuk menjadi instruktur yang baik, berkompeten dan memiliki sertifikat keinstrukturan. Jadi para peserta setelah lulus berhak mengajar di wilayahnya masing-masing,” jelas Pak Karsono, Koordinator Penyelenggara Diklat Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara. 

Sebanyak 18 orang calon instruktur yang datang ke UMN merupakan peserta diklat STPI angkatan ke-50 yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. UMN dipilih sebagai sarana pembelajaran dengan beberapa alasan. “Kita mau lihat bagaimana profil UMN, apa sih produk-produk unggulannya, fasilitasnya apa. Biar nantinya ada perbandingan jika para peserta pulang ke daerah masing-masing,” tutur Pak Karsono. 

Di awal kunjungan, mereka diperkenalkan pada UMN melalui video company profil, dan ilmu mengenai teknologi informasi oleh Dr. P.M. Winarno. Setelah itu diajak untuk campus visit melihat fasilitas UMN dimulai dari ruang kelas, studio brodcasting, kantin, lecture theatre, laboratorium hingga business incubator.

“Saya tertarik sekali dengan gedungnya yang desainnya unik dan futuristik, fasilitasnya juga bagus menunjang untuk perkuliahan. Untuk presentasi tentang teknologi juga menambah ilmu saya. Mudah-mudahan nantinya bisa diaplikasikan di tempat kerja kita masing-masing dan bisa mengikuti apa yang sudah dilakukan di sini,” jelas Anissa, salah satu peserta diklat. (*)


Senin, 30 September 2013

DKV Against The Titans

September 30, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

Diselenggarakan selama sepekan, event DKV ini menyuguhkan berbagai lomba berbasis kreatifitas dengan hadiah-hadiah yang menarik. 

Dimulai sejak Senin (23/9) di lobby UMN, Against The Titans ini mengadakan lomba-lomba seputar dunia desain komunikasi visual seperti drawing, illustration, comic making, digital painting, photography, 3D visualization, sculpting dan costume design.  Perlombaan digelar secara terbuka, di mana peserta langsung mengerjakan karya mereka di tempat saat itu juga, dengan batas waktu yang telah ditentukan. Penonton pun dapat menyaksikannya secara langsung. Yang menarik ialah peserta tidak hanya dari kalangan mahasiswa tetapi dosen pun ikut berpartisipasi.

Bukan hanya perlombaan saja tapi ada juga seminar-seminar dengan topik yang berbeda di setiap harinya. Adapun sponsor dari event ini ialah Pixelindie, Wacom, Canson, Staples dan Datascrip. Beberapa di antaranya membuka stand dan ikut meramaikan lobby. Puncak acara dilaksanakan pada Jum’at (27/9) di mana dipilih pemenang dari masing-masing kategori lomba. Tidak ada juri khusus, para pengujung lah yang memegang andil dalam menentukan siapa pemenangnya dengan cara voting. Mereka diberikan post-it untuk ditempelkan pada karya yang mereka sukai. Dan berikut nama peserta yang berhasil menyandang juara :
Illustration & Drawing
  • Juara 1 : Natasha Cindy  
  • Juara 2 : Yulio
  • Juara 3 : Stefanus
  • Juara 4 : Rimanti
  • Juara 5 : Brigitta  
Digital Painting
  • Juara 1 : Dimas Ari
  • Juara 2 : Cecilia
  • Juara 3 : Oriska
Photography
  • Juara 1 : Caroline Natasha
  • Juara 2 : Angelica Andriani
3D Visualization
  • Juara   : Yudi
Sculpting
  • Juara   : Willy
Comic Making
  • Juara   : Angelica
Selamat bagi para pemenang dan segenap panitia Against The Titans. Teruslah berkarya dengan event menarik lainnya! (*) 

Stop Tawuran dengan Kreativitas

September 28, 2013 : by Debora Thea / Universitas Multimedia Nusantara News Service

Berangkat dari kasus tawuran antar pelajar di tahun 2012, Ganesha ITB 83 Foundation mencanangkan gerakan anti tawuran dengan menggunakan media berbasis kreatifitas yang merangkul mahasiswa-mahasiswi jurusan DKV di seluruh Indonesia.

Peristiwa tawuran antara pelajar SMA 70 dengan SMA 6 yang memakan korban jiwa serta tawuran yang terus menerus terjadi hingga saat ini, menjadi suatu keprihatinan yang akhirnya mendorong alumni ITB ‘83 khususnya prodi DKV untuk melakukan kampanye sosial dengan membuat poster. Gerakan yang dimulai sejak tahun lalu ini merupakan gerakan pertama yang melibatkan mahasiswa-mahasiswi DKV dalam jumlah besar. 

“Kami mengajak dan menghimbau civitas DKV seluruh Indonesia untuk ramai-ramai membuat poster. Ternyata animo dan partisipasi mahasiswa DKV ini membanggakan dan membahagiakan karena telah terkumpul 1500 poster,” jelas ibu Uci, perwakilan dari Ganesha ITB ’83.  

Poster-poster yang telah diterima dipilih berdasarkan beberapa kriteria tertentu untuk didokumentasikan ke dalam sebuah buku. “Poster yang dimuat tentunya tidak menjiplak, tidak terlalu vulgar atau mengandung unsur violence maupun berdarah-darah. Banyak yang mengirimkan karya dengan memperlihatkan darah dan kekerasan. Kita menyeleksi berdasarkan hal itu, bukan karena bagus atau tidak bagus. Karena ini merupakan gerakan pertama maka semua yang berpartisipasi kita berikan apresiasi,” ungkap ibu Uci. Bagi karya yang tidak ada di buku, telah dipamerkan dalam poster sepanjang 500 meter. 

Dari seluruh partisipan, civitas UMN boleh berbangga karena memiliki partisipan terbanyak. Jumlah mahasiswa-mahasiswi yang ikut sekitar 150 mahasiswa dengan 76 karya yang dibukukan. Ibu Uci juga memiliki kesan terhadap karya-karya anak UMN.

 “So far karya-karyanya bagus, lucu, simple dan komunikatif, meskipun ada beberapa yang hasilnya masih kurang maksimal. Diharapkan di kegiatan selanjutnya teman-teman dari UMN bisa mengerjakan semuanya dengan passion sebagai seorang desainer grafis. Dalam situasi apapun seorang DG harus siap mengkomunikasikan dengan visual, dengan kata-kata, dengan apapun. Mereka yang harusnya ada di depan. DKV adalah ujung tombak kampanye sosial,” kata beliau. 

Poster book ini akan disumbangkan ke perpustakaan SMA dan SMK di DKI Jakarta dan juga sudah diterima oleh Pak Jokowi. Beliau berjanji untuk melanjutkan gerakan tersebut dan memuji bahwa karya-karya para mahasiswa luar biasa. 

Untuk ke depannya, gerakan ini akan tetap dipertahankan yaitu dengan Peace Festival yang rencananya akan diselenggarakan tahun depan. Lalu akan ada pembuatan networking bagi anak DKV antar universitas di seluruh Indonesia sehingga mereka bisa saling terhubung. “Kita sama-sama bergabung dalam satu momen membuat satu gerakan untuk isu tertentu. Ini bisa menjadi sumbangan atau karya bakti DKV untuk bangsa,” tutur ibu Uci. (*)