Minggu, 23 November 2014

UCIFEST 5

November 24, 2014 : by Fellya Hartono / Universitas Multimedia Nusantara News Service

“..kekhasan mahasiswa UMN masih terlihat jika dibandingkan dengan mahasiswa sinema kampus lain. Hasilnya itu tidak monoton, temanya lebih bervariasi, dan itu yang menjadi ciri khas mahasiswa UMN,” - Damar Ardi

Sebelum diumumkan pemenang ajang UCIFEST (UMN Cinema Festival) 5, panitia mengadakan Jury’s Presentation di Lecturer Hall UMN pada Kamis, 20 November 2014, pukul 19.00 WIB. Acara ini dihadiri oleh dua juri UCIFEST yaitu Damar Ardi (Programmer XXI Short Film Festival) dan Mouly Surya (Peraih penghargaan Festival Film Indonesia kategori film, sutradara dan penulis skenario terbaik melalui film “Fiksi”). Sayangnya, salah satu juri yang merupakan sutradara dibalik film Petualangan Sherina, AADC, dan Laskar Pelangi yaitu Riri Riza, tidak dapat hadir dalam acara ini maupun pada Awarding Night UCIFEST 5.

Kedua juri membahas mengenai penilaian mereka terhadap film karya mahasiswa sinematografi UMN yang dilombakan. Adapun kategori film terdiri dari fiksi, dokumenter, animasi, dan TV Commercial. 

Damar Ardi merupakan salah satu dari sekian banyak ahli perfilman yang telah melihat karya-karya mahasiswa UMN dari tahun-tahun sebelumnya. Penggerak film di Semarang dan Yogyakarta ini menilai mahasiswa UMN biasanya unggul dalam kategori fiksi. Namun kali ini, film berkategori dokumenter dinilai lebih baik dan membuatnya ‘terkejut’. 

“Para pengajar di UMN sangat terlihat memberikan pengaruh dalam memberikan referensi untuk mahasiswa, karena dengan latar belakang yang berbeda dapat memberikan wawasan yang lebih luas dalam pembuatan filmnya. Dan kekhasan mahasiswa UMN masih terlihat jika dibandingkan dengan mahasiswa sinema kampus lain. Hasilnya itu tidak monoton, temanya lebih bervariasi, dan itu yang menjadi ciri khas mahasiswa UMN,” ungkap Damar Ardi. Ia juga menghimbau kepada mahasiswa untuk terus menjaga kekhasan itu.

Sementara Mouly Surya lebih banyak memberikan saran dan tips seputar perfilman. 
“Film yang paling parah itu adalah film yang tidak meninggalkan kesan untuk penonton. Dibutuhkan intimacy antara film dengan penonton. Jangan sampai penonton itu tidak merasakan apa-apa setelah menonton film itu,” ujar Mouly.

Selain itu, Mouly memaparkan hal-hal yang mempengaruhi sebuah film, diantaranya karakter sutradara, pergerakan kamera, dan melakukan casting aktor. 

“Penting untuk mengkritk film karya sendiri supaya bisa memperbaiki film produksi selanjutnya. Banyak pujian tidak akan membuat kemajuan,” kata Mouly di akhir acara. “Jangan puas diri ketika film kita dipuji,” Damar menambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.